Tipe Gaya Hidup, Orang Yang Gagal Dalam Merencanakan Kehidupan
Meminjam uang untuk hal yang tidak mendesak.
Saya cukup sering dimintai tolong, orang mau pinjam uang. Keperluannya macam-macam. Tentu saja pada umumnya berada dalam keadaan terdesak. Ada yang harus melunasi cicilan kendaraan, bayar sekolah anak , bayar kontrakan, pinjam untuk liburan ke puncak pun ada 😁.
Apa yang saya lakukan? Pada umumnya tindakan saya ada 2 jenis. Pertama, mengabaikan permintaan itu, karena bukan urusan saya. Kedua, memberi orang itu uang pinjaman, sebanyak yang ia butuhkan, atau sebagian saja. Ada juga yang Saya katakan, ini bantuan dari saya, jangan kembalikan.
Pernah ada yang saya beri, dengan niat saya pinjami, tapi tak membayar kembali. Boro-boro bayar, mengontak untuk memberi kabar pun tidak. Saya akhirnya sadar bahwa ia memang penipu. Ada pula yang saya bantu, tapi kemudian minta bantuan lagi, dan lagi.
Sebenarnya saya pernah sekali berada di situasi yang sama, saya butuh uang. Tapi waktu itu untuk kebutuhan mendesak, pinjam ke teman, keluarga, tempat kerja tapi tidak ada yang mampu membantu saya, maka pilihan saya jatuh ke pinjaman finance, pihak paling adil dengan cara kredit.
Ada 2 jenis orang yang mau pinjam uang. Pertama, orang yang sedang terdesak untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kedua, orang yang pinjam bukan untuk kebutuhan dasar. Yang kedua ini biasanya punya sumber dana untuk memenuhi kebutuhannya, hanya saja dia membutuhkannya lebih segera. Orang jenis ini, kalau mau pinjam uang ke bank, akan mendapat pinjaman, dan kreditnya tidak akan macet.
Nah, yang akan saya bahas lebih lanjut adalah jenis yang pertama. Orang yang sedang dalam kemendesakan, untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar saja ia tak punya uang. Mungkinkah orang jenis ini membayar utang? Kecil kemungkinannya. Kenapa? Pikirkan saja, ia bukan baru mulai hidup minggu lalu. Ia sudah hidup lama. Kalau untuk membayar keperluan dasar dia perlu berutang, artinya selama hidupnya ia memang tak pernah bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar. Hidupnya bermasalah secara mendasar.
Orang jenis ini, diberi utang pun besar kemungkinan tidak akan sanggup membayar. Hidupnya seperti tong bocor: ada pengeluaran tetap, tapi tidak ada sumber pemasukan. Ketika tong kosong, sumber pengisinya hanya dari pinjaman. Kalau pinjaman tadi habis, ia harus mencari sumber pinjaman baru.
Ia hanya bisa diselamatkan kalau pinjaman tadi adalah pinjaman produktif, yang memberinya sumber penghasilan baru. Tapi kemungkinan itu sangat kecil. Selama ini sebenarnya ia punya kesempatan untuk membangun sumber penghasilan, tapi ia tidak (berhasil) membangunnya. Itu masalah dasarnya.
Kenapa ada orang-orang seperti itu? Cerita dan sebabnya bisa bermacam-macam. Ada orang yang memang tidak pernah berpikir dan bertindak secara patut untuk memastikan hidupnya berjalan normal. Maksudnya, dia memang tidak pernah berpikir dan bertindak serius untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Orang Jenis ini boleh kita sebut blangsak. Kalau dipikir dengan nalar umum, sulit untuk percaya ada orang seperti itu. Kenyataannya, memang ada.
Yang bikin geram, mereka bukan hanya berasal dari kalangan tak terdidik. Lulusan perguruan tinggi ternama pun ada yang begitu perilakunya.
Sombong" Besar Pasak Daripada Tiang.
Tapi ada pula orang yang tadinya hidup normal, tapi perlahan hidupnya berubah jadi tidak normal, berujung pada kemelaratan tadi. Ada yang kerja, punya karir yang tidak cemerlang, tapi sebenarnya masih cukup untuk membiayai hidup. Tapi ia menginginkan yang lebih baik, namun gagal. Ia tidak bisa kembali, juga tak bisa bangkit dari kegagalan. Akhirnya terpuruk.
Ada pula yang sebenarnya lumayan sukses, tapi salah hitung. Ia kira ia sudah sukses besar, lalu gaya hidupnya membesar melebihi kesuksesannya tadi. Ia kredit tidak tanggung 2 kendaraan sekaligus hanya untuk pamer ke orang orang dekat, hanya ingin menyombongkan diri terlihat mapan Maka terjadilah keadaan "besar pasak daripada tiang". Ia pun terpuruk. Berhutang ke semua tempat, pinjaman online pun tak luput dari orang tipe ini, sampai dikejar pihak pinjaman online menyebar informasi lewat media sosial, watsaap untuk meminta pengembalian hutang yang jatuh tempo.
Nah, cerita orang itu adalah ilustrasi penting tentang orang yang pernah sukses, kemudian terpuruk. Apa masalahnya? Biasanya soal disiplin dan yang paling parah karena sombong ingin terlihat mapan. Maksudnya adalah disiplin dalam hal menata rencana hidup. Ada rumus yang penting, yaitu, mimpi besar memerlukan kerja besar. Kerja besar itu fondasinya adalah ketelitian menyusun rencana, tertib melakukan eksekusi. Orang yang gagal mewujudkan mimpi yang lebih besar itu biasanya tidak punya keduanya. Ia tidak teliti menyusun rencana, juga tidak tertib dalam mengeksekusinya. Sombong disini maksutnya untuk orang yang sebelumnya hidup susah dan melarat, kemudian punya suatu usaha dan usahanya baru mulai bangkit / usahanya baru maju selangkah, ia pun langsung ingin terlihat kaya dan mapan di hadapan teman sahabat dan lingkungannya.
Sisi lainnya adalah tidak sambung antara sikap dan kenyataan. Ketika sudah gagal berbisnis, seseorang masih tetap ingin hidup pakai kendaraan cicilan, misalnya. Padahal faktanya, keadaan keuangannya sudah tidak lagi sanggup menopang gaya hidup itu. Ia paksakan.
Apa yang penting untuk Anda perhatikan? Kelola hidup Anda, dengan lebih dulu memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar Anda. Pilah dengan akal sehat, mana kebutuhan dasar, mana yang bukan, lalu tetapkan prioritas. Lebih tepat lagi, pilah dengan benar, mana kebutuhan, dan mana yang sekadar keinginan. Kalau Anda merasa sudah sukses lalu mulai merasa ingin menaikkan gaya hidup, buat perhitungan ulang soal sampai kapan penghasilan yang Anda miliki sekarang bisa menjamin kebutuhan dasar Anda. Jangan tertipu oleh sukses semu, yaitu merasa sukses, padahal yang Anda dapat sekarang adalah sesuatu yang sangat sementara sifatnya.
Selebihnya, kalau Anda sedang terpuruk, segeralah ubah gaya hidup Anda, sesuai dengan kenyataan.
0 Comments