Mengatasi Intrik dan Konflik / Masalah di Tempat Kerja dan Bagaimana Merencanakan Karir anda













Mengatasi Intrik dan Konflik di Tempat Kerja


Kita ini bekerja untuk cari nafkah, sekaligus mengembangkan diri kita. Tempat kerja seharusnya menjadi tempat kita tumbuh menjadi orang yang lebih baik lagi. 

Tapi sering tempat kerja justru jadi tempat yang penuh intrik dan konflik. Orang-orang membentuk kubu-kubu yang saling bermusuhan. Mereka saling menggunjingkan keburukan pihak lain. Bahkan mereka saling menjatuhkan. Ada orang yang dirundung, selalu dikerjai. 



Ada pula tempat kerja dengan atasan yang otoriter dan congkak. Anda diposisikan seperti jongos. Atau sebaliknya, Anda justru sering dikerjai oleh bawahan Anda.

Bagaimana mengatasinya? Yang mendasar, hal-hal seperti itu adalah tanda bahwa sistem manajemen tidak berjalan. Itu tempat kerja dengan manajemen buruk. Kalau Anda sedang cari kerja, carilah tempat kerja dengan manajemen baik. Anda akan terhindar dari tempat kerja beracun. Kalau Anda bekerja di tempat seperti itu, Anda harus mengusahakan untuk melakukan perubahan sistem manajemen. Tanpa itu, sulit mengubah tempat kerja menjadi tempat yang nyaman.

Kuncinya, bangun hubungan profesional di tempat kerja, bukan hubungan pribadi. Hubungan pribadi yang akrab saja pun sering jadi masalah di tempat kerja. Apalagi hubungan yang buruk. Karena itu, bangun hubungan profesional, hubungan dalam rangka kerja saja.

Selebihnya, Anda harus belajar untuk mengabaikan. Ini strategi penting. Hal-hal yang tidak berhubungan dengan tujuan Anda hadir di tempat kerja, yaitu cari nafkah dan mengembangkan diri, abaikan saja. Fokuslah hanya pada 2 hal itu.




Bagaimana cara merencanakan karir dan menyusun rencana


Saya sangat sering melihat orang bekerja tanpa perkembangan. Ia masuk kerja ke suatu organisasi, lalu bersikap seolah posisi yang ia tempati itu adalah terminal akhir dalam perjalanan hidupnya. Ia bekerja, melakukan yang disuruhkan kepadanya, lalu ia melakukannya selama bertahun-tahun, tanpa perubahan. Setelah 5 tahun ia tetap menduduki posisi yang sama, demikian pula setelah 8 hingga 10 tahun. Tak ada kenaikan jabatan. Gajinya mungkin hanya naik mengikuti inflasi.

Memang banyak orang mengira lulus sekolah/kuliah kemudian mendapat pekerjaan itu adalah akhir perjalanan. Selanjutnya ia hanya menikmati hasil perjuangan selama sekolah saja. Ia sudah pasrah, bahwa dirinya memang akan berhenti di tempat ia mulai.

Ada juga orang-orang yang sebenarnya punya keinginan. Ia ingin jadi supervisor atau manajer. Tapi ia berharap itu diberikan kepadanya oleh orang-orang di sekitar dia, oleh sistem. Ia tak menganggapnya sebagai sesuatu yang ia tentukan, yang bisa ia perjuangkan. 

Banyak orang tidak paham bahwa mulai bekerja itu sebenarnya hanya awal dari sebuah proses belajar yang baru. Kita masuk kerja, mulai melakukan pekerjaan, menyelesaikan masalah. Lebih penting lagi, masalah itu diselesaikan dengan menerapkan pengetahuan dasar yang didapat saat kuliah. Itu adalah ilmu atau know how. Kalau know how itu dikumpulkan secara terstruktur, ia akan menjadi teknik praktis yang sangat berharga. 

Banyak orang tidak sadar bahwa pengalaman kerja itu bukan soal berapa lama Anda bekerja di suatu tempat, menduduki suatu posisi. Ini sebenarnya soal berapa banyak masalah yang pernah Anda selesaikan, dan berapa banyak teknik praktis yang dikumpulkan secara terstruktur telah Anda dapatkan. Pengalaman adalah soal seberapa mahir Anda menyelesaikan masalah di lapangan.

Pengetahuan terstruktur itulah yang membuat orang naik jabatan. Pengetahuan yang terbukti sudah menyelesaikan banyak masalah. Karena itu penting bagi setiap orang untuk punya rencana karir. Rencana karir sebenarnya adalah rencana belajar. 

Anda seorang staf junior. Pengetahuan Anda adalah apa yang Anda dapat saat kuliah, pengalaman Anda nol. Anda punya rencana karir, misalnya, 5 tahun lagi Anda akan jadi supervisor. 5 tahun itu bukan berarti setelah 5 tahun otomatis Anda jadi supervisor. 5 tahun itu artinya dalam tenggang waktu itu Anda mengumpulkan pengetahuan dan keahlian lapangan, serta tambahan pengetahuan teoretik, sehingga memenuhi syarat untuk bekerja sebagai supervisor. Selanjutnya sama saja. Setelah 5 tahun Anda punya pengetahuan dan keahlian yang membuat Anda layak jadi manajer.

Rencana karir Anda berisi rencana belajar. Tetapkan tujuan belajar. Dalam 5 tahun, misalnya, Anda harus punya skill A, B, C, D, dan E. Itu adalah daftar skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor. Saat mulai bekerja, Anda harus tahu skill apa yang harus Anda kumpulkan selama 5 tahun berikutnya. Anda harus tahu skill apa yang Anda butuhkan 5 tahun berikutnya dalam perjalanan pekerjaan Anda. 

Hanya dengan cara itulah karir Anda akan meningkat. Tanpa itu, Anda akan menempati posisi yang sama, sampai pensiun.





Post a Comment

0 Comments