Kenapa Orang Bisa Selingkuh dibenarkan Atau Tidak


















Pertanyaan Yang Sering Muncul

Ada yang nanya saya: kenapa orang selingkuh?
Saya tahu ini jawabannya tidak sederhana. Saya buat tulisan, lalu saya sadar tulisannya akan jadi sangat panjang. Draft-nya masih saya simpan. Belum saya lanjutkan. 

Benar Apa Tidak Orang Selingkuh saya tidak ingin membenarkan perselingkuhan. Tapi juga tidak ingin segera menghakimi. Keduanya adalah simplifikasi. 


Ada seorang perempuan yang suaminya baik, tidak jahat, dan bertanggung jawab. Tapi dia berselingkuh dengan mantan pacarnya. Kenapa? Ia tidak mencintai suaminya. Tapi kok dulu menikah? Karena didorong oleh orang tua. Ia tak kuasa menolaknya. Setelah menikah ia sadar bahwa ia tak bisa mencintai suaminya. Ia tak bisa mencintai orang lain selain pacarnya itu.

Kita cenderung melihat satu segmen saja pada masalah itu. Padahal masalahnya tidak tunggal. Selingkuh itu adalah bagian dari rentetan peristiwa, bagian dari sebuah struktur. Kita hanya melihat selingkuhnya. Soal-soal lain seperti adanya pernikahan karena sebab-sebab struktur sosial tadi. Selingkuhnya kita salahkan, struktur sosial di belakangnya tidak pernah kita kritik.

Kenapa tidak cerai saja? Itu pun tidak sederhana. Perceraian melibatkan mata rantai yang tidak kalah panjang.

Dalam berbagau kerumitan itu, banyak yang memilih jalan simplifikasi: selingkuh. Selama tidak ketahuan, banyak masalah bisa diselesaikan, banyak kebutuhan bisa tersalurkan.

Menutup aib Atau Menyelesaikan Masalah

Orang sering bingung soal 2 hal ini. Ada hal buruk terjadi. Apakah saya harus diam saja? Kalau saya diam, keburukan ini akan terus terjadi, tidak ada yang menghentikannya. Kalau saya beri tahu orang lain, keburukan ini akan menyebar, membuat malu. Jadi bagaimana? Bingung tiada ujung.

Padahal soalnya sederhana. Sampaikan informasi soal keburukan/kekurangan hanya dalam rangka untuk mencari solusi. Sekadar curhat besar kemungkinan tidak akan menghasilkan solusi. Karena itu curhat tentang kekurangan/keburukan, khususnya dalam rumah tangga, bukan perbuatan terpuji.

Misalnya,seorang suami impoten. Istrinya tidak perlu curhat ke tetangga, apalagi ke mantan pacar soal itu. Itu namanya menyebar aib. Tapi kalau masalahnya dibawa ke dokter ahli, tidak ada aib yang disebar. Dokter mungkin punya solusinya. Kalau pun tidak, ia punya kode etik yang menjaga bahwa informasi tadi tidak disebar ke pihak lain. 

Suami tidak kerja, tidak menghasilkan uang. Sebisa mungkin selesaikan masalahnya berdua. Dorong dan beri dia motivasi, agar dia bergerak mencari solusi. Bolehkah diceritakan kepada orang lain? Boleh. Tapi hanya kepada pihak yang Anda anggap bisa memberi solusi. Misalnya ke orang tua dia. Mungkin bapaknya bisa menasehati, sukur-sukur bisa kasih modal. Sekali lagi, jangan bicara kepada pihak yang tidak akan memberi solusi.

Jadi sekali lagi kuncinya, bicaralah bila dan hanya bila pembicaraan itu akan mendatangkan solusi. 

Selingkuh dan Berzina
Zaman kapan pun, di tempat mana pun, zina itu ada. Apa sih zina? Hubungan seks di luar dari hubungan yang boleh dilakukan. Lho, kok gitu definisinya? Kan zina itu hubungan seks di luar nikah? Bukan. Ada hubungan seks di luar pernikahan yang boleh dilakukan, yaitu menyetubuhi budak. Intinya, selama hubungan seks itu diakui sebagai hal yang boleh oleh suatu komunitas, maka ia bukan zina.

Aturan adalah sesuatu yang dibuat manusia untuk menjamin kehidupan harmonis. Seks adalah basic instinc. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan seks karena dorongan biologis. Sama seperti pemenuhan kebutuhan biologis lain yaitu makan, bila tidak diatur akan terjadi konflik. Untuk menghindari konflik, dibuatlah aturan. Orang hanya boleh bersenggama dengan pasangan yang sudah ditetapkan. Penetapannya melalui pernikahan.

Tapi aturan itu dibuat sepihak, oleh laki-laki, dan menguntungkan mereka. Laki-laki dibolehkan punya partner lebih dari satu. Mereka boleh punya istri lebih dari satu. Itu pun masih ditambah lagi dengan budak-budak. Perempuan hanya boleh berhubungan dengan satu laki-laki. Jarang ada peradaban yang membolehkan perempuan bersenggama dengan budaknya. 

Terlepas dari apapun bunyi aturannya, orang yang bersenggama tanpa menuruti aturan tadi selalu ada. Laki-laki dan perempuan bersenggama tanpa ikatan pernikahan. Seorang gadis bersenggama dengan laki-laki yang sudah menikah. Seorang pemuda bersenggama dengan perempuan yang sudah menikah. Laki-laki dan perempuan yang sudah punya pasangan, berselingkuh.

Itu terjadi sepanjang zaman, di tempat mana pun. Tak ada sistem yang bisa mencegahnya. Meski dilarang keras, dengan ancaman hukuman mengerikan, orang tetap melakukannya. Kenapa? Karena seks adalah dorongan dasar. Orang bisa tertarik untuk berhubungan seks dengan seseorang karena basic instinc. Apa yang membuat seseorang tertarik pada satu orang tertentu, tidak ada formulanya. Itu yang membuat aturan tadi dilanggar.

Bayangkan, seseorang yang tertarik pada istri orang. Apa yang bisa menghapuskan ketertarikan itu? Tidak ada. Norma tidak menghapuskan dorongan basic instinc tadi. Norma hanya menahan agar dorongan itu tidak dilepaskan. Tapi ada banyak kasus di mana orang memilih untuk melanggar norma.

Situasinya masih diperumit lagi dengan fakta bahwa dorongan seksual tidak tunggal, tapi beragam. Ada orang yang tidak tertarik pada lawan jenis, ia hanya tertarik pada yang sejenis. Ada pula yang tertarik pada dua jenis. Tipe-tipe hubungan seksual itu pun dilarang, tapi larangan itu pun tak efektif.

Orang-orang Barat kemudian mulai melonggarkan norma tadi. Mereka menggantinya dengan norma baru. Hubungan seks menjadi lebih bebas. Pola ini diikuti di banyak tempat. Orang Cina, Jepang, Korea, juga India, sudah beranjak mengikuti pola hubungan seks Barat. Yang masih kukuh bertahan dengan norma lama tinggal masyarakat muslim. Itu pun tak lagi bisa ketat benar. Di kota-kota besar di mana tekanan sosial tak lagi efektif, nyaris tak berbeda dengan situasi di Barat.

Baca juga artikel saya Tujuan Menikah

Demikian tulisan saya apabila ada kurang dan salah akan saya perbaiki. 

Post a Comment

0 Comments