Apa itu uang dan bagaimana perjalanan ceritanya sampai saat ini

Dinar Dirham Emas














Kilas Balik Apa itu uang Emas
Dinar Berasal dari kata 'Denarius' mata uang emas yang dipakai oleh orang Romawi pada zaman dahulu.
Kata itu diserap oleh bangsa Persia dan Arab menjadi kata Dinar
Denarius adalah kepingan emas seberat 4,5 gram.

Dulu manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, zaman dulu satu keluarga punya ladang dan juga ternak, mereka menghasilkan kebutuhannya sendiri.
Makin lama kebutuhan orang semakin bervariasi tak mungkin semua dipenuhi sendiri, lalu mulailah semua orang bertukar yang kita kenal sebagai Barter.
 
Sesuatu Yang Kompleks Mulai Terjadi
Makin besar masyarakat makin kompleks kebutuhannya, barter makin menjadi rumit
Contoh: daging ayam ditukar daging sapi masih bisa tapi bagaimana jika pemilik daging ayam membutuhkan minyak goreng, sementara yang membutuhkan daging ayam hanya punya beras, mereka tidak bisa barter.
Situasi jadi lebih rumit apabila sudah menyangkut soal jasa, tukang yang mengerjakan bangunan bisa saja menerima upah berupa beras, tapi bagaimana jika tukang mempunyai banyak beras yang dia butuhkan adalah garam sedangkan yang memakai jasanya hanya memiliki beras, Lagi lagi ada hambatan.

Alat Tukar
Dibuatlah suatu alat tukar yang bisa diterima orang, dipakailah emas dan perak sebagai sebuah standar alat tukar, kenapa emas dan perak ? Karena tidak mudah berkarat alasan lain lunak tidak keras sehingga tidak banyak dipakai untuk keperluan lainnya. Selama berabad-abad orang memakai emas dan perak untuk bertukar (trade) kebutuhan. Termasuk pada masa masa agama Semitic (Yahudi-Kristen-Islam) karena itu kitab kitab suci, termasuk teks teks pendampingnya memuat subjek ini dalam berbagai narasi.

Sudah Tidak Praktis
Belakangan emas dan perak tidak lagi praktis alasannya berat dan makan tempat, kemudian orang membuat mata uang lain yang disebut FIAT currency. Perbedaan mata uang baru ini tidak punya nilai intrinsik yang tinggi, bahan yang dipakai adalah kertas.
Awalnya kertas itu mewakili emas dan perak, emas dan perak disimpan wakilnya saja yang dipakai, tapi kemudian ditinggalkan

Di Era Modern
Kini negara atau bank sentral mencetak uang tidak lagi memakai emas sebagai dasar. Lalu apa dasarnya? Asumsi-asumsi sebagai produk di suatu negara, kalau produksi diperkirakan bisa mencapai sekian, maka dicetaklah uang sebanyak itu, kalau tidak seimbang antara produksi dan uang yang dicetak maka nilai uang akan menurun drastis atau yang disebut dengan inflasi.

Mata Uang Digital
Kita sedang dalam proses dari uang kertas ke uang digital, kira-kira 20 atau 30 tahun lagi mungkin tidak ada uang kertas atau penggunaannya sudah sangat minim.

Tambahan cerita
bisnis dan uang
beberapa tahun lalu, ketika saya masih bekerja di grup fumakilla. saudara sepupu saya ngajak ngobrol. "san, bosmu kan banyak duit. coba kau tawarkan ke dia untuk bisnis jual beli batu bara. dengan sedikit saja uang yang ia pakai, ia bisa untung banyak. mungkin lebih banyak dari bisnis manufaktur yang selama ini ia tekuni."
sempat saya tertegun. rasanya kalau gagasan ini saya sampaikan, bos saya nggak akan tertarik. tapi saya tidak bisa mengungkapkan alasannya. lama setelah itu baru sadar, kenapa dia tidak akan tertarik.
para pebisnis yang saya kenal adalah orang-orang yang berbisnis berbasis pada suatu produk yang mereka punya kompetensi untuk memproduksinya. pada waktu muda, meski anak orang kaya, bos saya sempat numpang bekerja di perusahaan plastik. di situ dia belajar seluk beluk bisnis itu, lalu ia mendirikan perusahaan sendiri. ketika perusahaannya membesar, dan ia punya banyak uang, ia tak lantas melompat ke bisnis-bisnis spekulatif atau melakukan money game. ia terus secara konsisten melakukan pengembangan produk dan membesarkan perusahaan dengan cara itu.

suatu saat ia bilang pada saya. "kalau mau cari uang dengan cepat, mungkin bisnis pachinko (slot machine untuk judi) itu segera menghasilkan untung. tapi itu bukan bisnis yang punya nilai."
begitulah spiritnya. 
di lain waktu dia bilang, "kegembiraan ketika melihat produk yang kita buat dinikmati manfaatnya oleh orang lain, tidak bisa dinilai dengan uang, berapapun banyaknya."
sejauh yang bisa saya amati, sesempit pengalaman saya.

Demikian apabila ada yang kurang dan salah akan diperbaharui kedepannya Terimakasih.

Post a Comment

0 Comments